Mengenalkan KalTeng Melalui Fashion

This article was published on Dayak News on May 15, 2019.

 
 
 
 

Handep Haruei, nama yang tentu mungkin asing di telinga warga Kalimantan Tengah (Kalteng). Namun untuk daerah di luar Kalteng nama ini sudah diperhitungkan sebagai salah satu brand yang dikenal dengan produk fashionnya yang menggunakan bahan baku rotan.

Handep adalah usaha sosial yang bekerja sama dengan masyarakat desa khususnya para perempuan dan petani kecil. Mereka mengajak masyarakat untuk membuat produk fashion ramah lingkungan yang mengkombinasikan tradisi dan modernisasi.

Handep menerapkan prinsip perdagangan yang adil, pengembangan kapasitas, dan kerjasama jangka panjang dengan masyarakat pedesaan. Selain memberikan harga yang lebih baik untuk produk-produk anyaman rotan para pengerajin, Handep juga memberikan 20% profitnya kepada penduduk desa yang bermitra dengan mereka.

Dengan mengusung konsep pembangunan ekonomi pedesaan, Handep Haruei hadir sebagai usaha yang berfokus pada hasil hutan bukan kayu dan pertanian lokal dengan komiditas utama rotan.

Randi Julian, founder Handep Haruei mengatakan potensi kerajinan dan kesenian dengan bahan baku rotan khususnya produk fashion memiliki nilai jual yang cukup tinggi.

“Untuk produk fashion yang berasal dari rotan ini memiliki potensi dan nilai jual yang cukup tinggi. Melihat kesempatan ini Handep Haruei memiliki keinginan untuk mengembangkan potensi tersebut dengan lebih baik lagi,” ujarnya.
Dipilihnya rotan menurut Randi karena rotan dinilai sebagai tanaman yang ramah lingkungan, selain itu karena sifat rotan yang merambat pada tanaman atau pohon lain untuk tumbuh maka rotan dinilai sangat bagus untuk pelestarian hutan.

“Selain itu rotan memiliki filosofi yang erat dengan kehidupan masyarakat Dayak, dimana hampir dari semua bagian rotan dapat dimanfaatkan baik untuk kuliner maupun produk seperti tas dan furniture,” jelasnya.

Diakui Randi selama menjalankan usahanya ini sering ditemui beberapa kendala pada produksi yang sering terkendala pada bahan mentah yang digunakan untuk memberikan nilai tambah pada produk rotan mereka. Selama ini untuk bahan mentah seperti kain dan kulit didatangkan dari luar Kalimantan Tengah, yang memerlukan biaya kirim tidak sedikit.
Permasalahan lain yang dialami adalah sulitnya akses menuju pedesaan yang terbilang cukup terpencil, pedesaan yang dikunjungi untuk pemberdayaan tersebut memerlukan waktu, tenaga, dan biaya tidak sedikit.

“Permasalahan klasik yang sering kita hadapi adalah minat masyarakat pada produk lokal itu sangat rendah. Masyarakat kebanyakan lebih menyukai produk import. Ya, itu tidak bisa disalahkan juga mungkin karena produk lokal kualitasnya kurang bagus dan memiliki desain yang membosankan,” pungkasnya.

Sebagai bentuk keseriusan Handep Harawei dalam pengembangan dan pemberdayaan ekonomi pedesaan, Handep Harawei akan menggelar talkshow yang bertajuk “From Forest to Fashion” bekerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika di Jakarta. Talkshow yang digelar pada 17 Mei 2019, bertempat di @America, Pacific Place Mall, lantai 3, Jakarta, akan mengupas tentang kegiatan pemberdayaan masyarakat desa khususnya perempuan dan petani kecil di Kalimantan Tengah melalui pengembangan produk fashion ramah lingkungan dari rotan. (Dayak News/nic/BBU).

Previous
Previous

Handep: Dayak fashion for the people, by the people

Next
Next

Re-introducing farming to the young people in Borneo